Jumat, 15 Januari 2010

PEDOMAN MENGHADAPI SITUASI SERBA TIDAK JELAS

1. Tetap teguh mengikuti ajaran-ajaran Allah dan menghindari perpecahan sesama muslim
Allah berfirman pada surah Ali ‘Imran (3) ayat 103.
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا
“Dan teguhlah kalian mengikuti agama Allah sepenuhnya dan jangan kalian berpecah belah.”
Yang dimaksud dengan berpecah belah pada ayat di atas yaitu perpecahan sesama muslim.
Rasulullah saw. bersabda:


Jama’ah itu adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab. (HR. Abdullah bin Ahmad)
Perpecahan sesama muslim dalam pemikiran, perkataan ataupun perbuatan akan mengakibatkan turunnya adzab Allah kepada kaum muslim.

2. Harus tetap ada sekelompok kaum muslim yang terus menerus menggalang persatuan kaum muslim, mengajak kepada tauhid dan memberantas kesyirikan.
Allah berfirman pada surah Ali ‘Imran (3) ayat 104.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Hendaklah ada di antara kalian segolongan orang yang menggalang persatuan kaum muslim, mengajak kepada tauhid dan memberantas kesyirikan.”

3. Mentolelir perbedaan pendapat sesama muslim selama masing-masing mempunyai dalil yang sah dan menghindari perpecahan.
Tersebut dalam hadits riwayat Abu Dawud:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ صَلَّى عُثْمَانُ بِمِنًى أَرْبَعًا فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ وَمَعَ أَبِي بَكْرٍ رَكْعَتَيْنِ وَمَعَ عُمَرَ رَكْعَتَيْنِ زَادَ عَنْ حَفْصٍ وَمَعَ عُثْمَانَ صَدْرًا مِنْ إِمَارَتِهِ ثُمَّ أَتَمَّهَا زَادَ مِنْ هَا هُنَا عَنْ أَبِي مُعَاوِيَةَ ثُمَّ تَفَرَّقَتْ بِكُمْ الطُّرُقُ فَلَوَدِدْتُ أَنْ لِي مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ رَكْعَتَيْنِ مُتَقَبَّلَتَيْنِ قَالَ اْلأَعْمَشُ فَحَدَّثَنِي مُعَاوِيَةَ بْنُ قُرَّةَ عَنْ أَشْيَاخِهِ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ صَلَّى أَرْبَعًا قَالَ فَقِيلَ لَهُ عِبْتَ عَلَى عُثْمَانَ ثُمَّ صَلَّيْتُ أَرْبَعًا قَالَ الْخِلاَفُ شَرٌّ
Dari ‘Abdurrahman bin Yazid, ia berkata: “‘Utsman shalat di Mina empat raka’at. ‘Abdullah bin Mas’ud berkomentar; ‘Saya dahulu shalat bersama Rasulullah saw. dua raka’at, bersama Abu Bakar dua raka’at dan bersama ‘Umar juga dua raka’at.’ Ia (‘Abdurrahman) menambahkan dari Hafsh:’Dan bersama ‘Utsman pada permulaan masa khilafahnya juga dua raka’at, kemudian ‘Utsman menggenapkannya empat raka’at.’ Dari sini ia menambahkan keterangan dari Abu Mu’awiyah: ‘Kemudian kelak jalan kalian akan beragam. Karena itu aku ingin shalat yang dikerjakan empat raka’at itu dikembalikan kepada dua rakaat sebagaimana semula.’ Al A’masy berkata: ‘Lalu Mu’awiyah bin Qurrah meriwayatkan kepadaku dari guru-gurunya bahwa ‘Abdullah juga ikut shalat empat raka’at.’ Lalu ada orang berkata kepadanya: ‘Apakah engkau mencela perbuatan ‘Utsman yang shalat empat raka’at?’ Jawabnya: ‘Perpecahan itu buruk.’” (HR. Abu Dawud, shahih)

4. Tidak mudah terprovokasi oleh adu domba musuh.
Allah berfirman pada surah An Nisaa’ (4) ayat 88.
فَمَا لَكُمْ فِي الْمُنَافِقِينَ فِئَتَيْنِ وَاللَّهُ أَرْكَسَهُمْ بِمَا كَسَبُوا
“Mengapa kalian (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah mengembalikan mereka kepada kekafiran, karena perbuatan mereka sendiri?”

5. Tidak bertindak sendiri-sendiri, tetapi menyerahkan penyelesaian masalah kepada pimpinan umat yang bertanggung jawab atas kemaslahatan umat.
Allah berfirman pada surah An Nisaa’ (4) ayat 83.
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ اْلأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي اْلأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ
“Dan apabila datang kepada mereka berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan pimpinan mereka (umat), tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan pimpinan umat).”

6. Menjauhi sikap emosional dan rasa benci kepada golongan tertentu, sehingga bersikap obyektif dan rasional.
Allah berfirman pada surah Al Maidah (5) ayat 8.
وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
“Dan janganlah rasa kebencian kepada suatu kaum menjadikan kalian berbuat tidak adil kepada mereka. Hendaklah kalian berlaku adil karena keadilan itu lebih dekat untuk menjauhi siksa Allah.”

7. Memahami permasalah secara obyektif dan tidak terpengaruh oleh prasangka buruk.
Allah berfirman pada surah Al Maidah (5) ayat 8.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ
“Wahai orang-orang beriman, jadilah kalian pembela kebenaran karena Allah, pemberi kesaksian yang adil.”
Allah berfirman pada surah Bani Israil (17) ayat 36.
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً
“Dan janganlah engkau menyatakan sesuatu yang tidak engkau ketahui sendiri, karena pendengaran, penglihatan dan hatimu masing-masing kelak akan dimintai tanggung jawab (di akhirat).”

8. Lebih mengutamakan kepentingan keseluruhan kaum muslimin daripada diri sendiri, golongannya atau bangsanya.
Allah berfirman pada surah At Taubah (9) ayat 128.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari golongan kalian sendiri, dia merasakan berat penderitaan yang kalian alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) kalian, amat belas kasih lagi penyayang kepada orang-orang mu'min.”

9. Bersikap lemah lembut dalam pergaulan di tengah masyarakat, kecuali terhadap golongan kafir yang memusuhi umat Islam.
Allah berfirman pada surah Al Fath (48) ayat 29
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang menjadi pengikutnya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.”
Tersebut dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah saw. Bersabda:

إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَّ يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Bersikap lemah lembut dalam urusan apa saja menjadikan pelakunya indah dan bila sikap ini hilang dalam urusan apa saja akan menjadikan pelakunya tercela.”

10. Tenang dan berpikiran jernih.
Tersebut dalam hadits riwayat Muslim, bahwa Rasulullah saw. Bersabda kepada sahabat Asyaj ‘Abdul Qais:
إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَاْلأَنَاةُ
“Sungguh kamu mempunyai dua sifat yang dicintai Allah dan rasul-Nya, yaitu berpikiran jernih dan tidak tergesa-gesa (bersikap tenang).”

Oleh ustadz Tholib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar